Sejarah Kota Balikpapan
Balikpapan (ANTARA News) - Bila banyak kota di Nusantara berkembang dari kampung kecil dan membesar sebab kemajuan perdagangan tanpa perencanaan yang signifikan, maka tidak demikian dengan kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Balikpapan ini walaupun baru 118 tahun tapi memiliki sejarah yang unik," kata sejarawan Petrik Matanasi, Senin.
Petrik Matanasi lahir, besar, dan bersekolah hingga SMA di Balikpapan. Ia menulis buku "Balikpapan Tempo Doeloe" serta sejumlah tulisan berlatar belakang Balikpapan di masa penjajahan Belanda, Jepang, dan awal kemerdekaan.
Matanasi memaparkan, Balikpapan dibangun dan direncanakan sebagai kota yang utuh untuk mendukung industri minyak sejak belum banyak orang bermukim di tepi Teluk Balikpapan.
Karena itu Balikpapan memiliki jalan-jalan yang lebar dan rapi, dan rumah-rumah yang tidak mengubah kontur atau bentang alam.
Sebab itu juga sejumlah bangunan peninggalan Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) menjadi obyek sejarah yang sangat berharga. BPM adalah perusahaan minyak Belanda yang pertama kali mengebor dan mendapatkan minyak di Balikpapan dan kemudian mengelolanya hingga menjadi industri
"Karena minyak itu juga Balikpapan menjadi kota penting dalam Perang Dunia II. Jepang, Amerika, dan Australia, bertempur habis-habisan di Balikpapan," cerita Matanasi.
Pertempuran dan peperangan itu menambah nilai sejarah Balikpapan selain minyak. Ada beberapa peninggalan perang yang menjadi situs sejarah Balikpapan juga.
Petrik Matanasi menjadi satu narasumber dalam Kelas Balikpapan Mengajar (KBM) yang menggelar tur keliling kota (city tour) Sabtu 29/8. Sebanyak 70 orang pesera KBM yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak mengunjungi sejumlah tempat bersejarah di Kota Minyak.
KBM memulai dari kawasan Lapangan Merdeka yang terdapat Tugu Australia, rumah pantai berarsitektur jengki di Banua Patra, helipad, societeit Banua Patra. Selanjutnya ke utara ke Monumen Sumur Minyak Mathilda, lanjut ke tugu demonstrasi rakyat Balikpapan di Karang Anyar.
Kunjungannya lainnya melihat rumah panggung Karang Anyar, mengunjungi gua-gua pertahanan Jepang di Gunung Dubbs, lalu sebelum berakhir di kafe kilang Banua Patra mampir di rumah dinas Kasdam VI Mulawarman yang dulunya adalah rumah-rumah para perwira KNIL (Koninjklik Indische Leger) yang Belanda totok. "Pengetahuan tentang sejarah dan jati diri kota ini akan memberi semangat untuk berkarya di masa sekarang," kata inisiator KBM Balikpapan, Lalu Fauzul Idhi.
"Balikpapan ini walaupun baru 118 tahun tapi memiliki sejarah yang unik," kata sejarawan Petrik Matanasi, Senin.
Petrik Matanasi lahir, besar, dan bersekolah hingga SMA di Balikpapan. Ia menulis buku "Balikpapan Tempo Doeloe" serta sejumlah tulisan berlatar belakang Balikpapan di masa penjajahan Belanda, Jepang, dan awal kemerdekaan.
Matanasi memaparkan, Balikpapan dibangun dan direncanakan sebagai kota yang utuh untuk mendukung industri minyak sejak belum banyak orang bermukim di tepi Teluk Balikpapan.
Karena itu Balikpapan memiliki jalan-jalan yang lebar dan rapi, dan rumah-rumah yang tidak mengubah kontur atau bentang alam.
Sebab itu juga sejumlah bangunan peninggalan Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) menjadi obyek sejarah yang sangat berharga. BPM adalah perusahaan minyak Belanda yang pertama kali mengebor dan mendapatkan minyak di Balikpapan dan kemudian mengelolanya hingga menjadi industri
"Karena minyak itu juga Balikpapan menjadi kota penting dalam Perang Dunia II. Jepang, Amerika, dan Australia, bertempur habis-habisan di Balikpapan," cerita Matanasi.
Pertempuran dan peperangan itu menambah nilai sejarah Balikpapan selain minyak. Ada beberapa peninggalan perang yang menjadi situs sejarah Balikpapan juga.
Petrik Matanasi menjadi satu narasumber dalam Kelas Balikpapan Mengajar (KBM) yang menggelar tur keliling kota (city tour) Sabtu 29/8. Sebanyak 70 orang pesera KBM yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak mengunjungi sejumlah tempat bersejarah di Kota Minyak.
KBM memulai dari kawasan Lapangan Merdeka yang terdapat Tugu Australia, rumah pantai berarsitektur jengki di Banua Patra, helipad, societeit Banua Patra. Selanjutnya ke utara ke Monumen Sumur Minyak Mathilda, lanjut ke tugu demonstrasi rakyat Balikpapan di Karang Anyar.
Kunjungannya lainnya melihat rumah panggung Karang Anyar, mengunjungi gua-gua pertahanan Jepang di Gunung Dubbs, lalu sebelum berakhir di kafe kilang Banua Patra mampir di rumah dinas Kasdam VI Mulawarman yang dulunya adalah rumah-rumah para perwira KNIL (Koninjklik Indische Leger) yang Belanda totok. "Pengetahuan tentang sejarah dan jati diri kota ini akan memberi semangat untuk berkarya di masa sekarang," kata inisiator KBM Balikpapan, Lalu Fauzul Idhi.
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2015
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !